Nabi Yusuf adalah putera ke tujuh daripada dua belas putera-puteri Nabi
Ya’qub. Ia dengan adiknya yang bernama Benyamin adalah beribukan Rahil,
saudara sepupu Nabi Ya’qub. Ia dikurniakan Allah rupa yang bagus, paras
tampan dan tubuh yang tegap yang menjadikan idaman setiap wanita dan
kenangan gadis-gadis remaja. Ia adalah anak yang dimanjakan oleh
ayahnya, lebih disayang dan dicintai dibandingkan dengan
saudara-saudaranya yang lain, terutamanya setelah ditinggalkan iaitu
wafatnya ibu kandungnya Rahil semasa ia masih berusia dua belas tahun.
Perlakuan yang diskriminatif dari Nabi Ya’qub terhadap anak-anaknya
telah menimbulkan rasa iri-hati dan dengki di antara saudara-saudara
Yusuf yang lain, yang merasakan bahawa mereka dianak-tirikan oleh
ayahnya yang tidak adil sesama anak, memanjakan Yusuf lebih daripada
yang lain.
Rasa jengkel mereka terhadap kepada ayahnya dan iri-hati terhadap Yusuf
membangkitkan rasa setia kawan antara saudara-saudara Yusuf, persatuan
dan rasa persaudaraan yang akrab di antara mereka.
Saudara-saudara Yusuf mengadakan pertemuan
Dalam pertemuan rahsia yang mrk adakan untuk merundingkan nasib yang mrk
alami dan mengatur aksi yang harus mrk lakukan bagi menyedarkan
ayahnya, menuntut perlakuan yang adil dan saksama, berkata salah seorang
drp mrk:” Tidakkah kamu merasakan bahawa perlakuan terhadap kita
sebagai anak-anaknya tidak adil dan berat sebelah? Ia memanjakan Yusuf
dan menyintai serta menyayangi lebih daripada kita, seolah-olah Yusuf
dan Benyamin sahajalah anak-anak kandungnya dan kita anak-anak tirinya ,
padahal kita adalah lebih tua dan lebih cekap daripada mereka berdua
serta kitalah yang selalu mendampingi ayah,mengurus segala keperluannya
dan keperluan rumahtanggannya. Kita merasa hairan mengapa hanya Yusuf
dan Benyamin sahaja yang menjadi keistimewaan disisi ayah. Apakah ibunya
lebih dekat kepada hati ayah berbanding dengan ibu kita? Jika memang
itu alasannya ,maka apakah salah kita? Bahawa kita lahir daripada ibu
yang mendapat tempat kedua di hati ayah ataukah paras Yusuf yang lebih
tampan dan lebih cekap drp paras dan wajah kita yang memang sudah
demikian diciptakan oleh Tuhan dan sesekali bukan kehendak atau hasil
usaha kita? Kita amat sesalkan atas perlakuan dan tindakan ayah yang
sesal dan keliru ini serta harus melakukan sesuatu untuk mengakhiri
keadaan yang pincang serta menjengkelkan hati kami semua.”
Seorang saudara lain berkata menyambung:” Soal cinta atau benci simpati
atau antipati adalah soal hati yang tumbuh laksana jari-jari kita, tidak
dapat ditanyakan mengapa yang satu lebih rebdah dari yang lain dan
mengapa ibu jari lebih besar dari jari kelingking. Yang kita sesalkan
ialah bahwa ayah kita tidak dpt mengawal rasa cintanya yang
berlebih-lebihan kepada Yusuf dan Benyamin sehingga menyebabkannya
berlaku tidak adil terhadap kami semua selaku sesama anak kandungnya.
Keadaan yang pincang dalam hubungan kita dengan ayah tidak akan hilang,
jika penyebab utamanya tidak kita hilangkan. Dan sebagaimana kamu
ketahui bahwa penyebab utamanya dari keadaan yang menjengkel hati ini
ialah adanya Yusuf di tengah-tengah kita. Dia adalah penghalang bagi
kita untuk dpt menerobos ke dalam lubuk hati ayah kita dan dia merupakan
dinding tebal yang memisahkan kita dari ayah kita yang sangat kita
cintai. Maka jalan satu-satunya untuk mengakhiri kerisauan kita ini
ialah dengan melenyapkannya dari tengah-tengah kita dan melemparkannya
jauh-jauh dari pergaulan ayah dan keluarga kita. Kita harus membunuh
dengan tangan kita sendiri atau mengasingkannya di suatu tempat di mana
terdpt binatang-binatang buas yang akan melahapnya sebagai mangsa yang
empuk dan lazat. Dan kita tidak perlu meragukan lagi bahwa bila Yusuf
sudah lenyap dari mata dan pergaulan ayah , ia akan kembali menyintai
dan menyayangi kita sebagai anak-anaknya yang patut mendapat perlakuan
adil dan saksama dari ayah dan suasana rumahtangga akan kembali menjadi
rukun, tenang dan damai, tiada sesuatu yang merisaukan hati dan
menyesakkan dada.”
Berkata Yahudza, putera keempat dari Nabi Ya’qub dan yang paling cekap
dan bijaksana di antara sesama saudaranya:” Kita semuanya adalah
putera-putera Ya’qub pesuruh Allah dan anak dari Nabi Ibrahim, pesuruh
dan kekasih Allah. Kami semua adalah orang-orang yang beragama dan
berakal waras. Membunuh adalah sesuatu perbuatan yang dilarang oleh
agama dan tidak diterima oleh akal yang sihat, apa lagi yang kami bunuh
itu atau serahkan jiwanya kepada binatang buas itu adalah saudara kita
sendiri , sekandung, sedarah , sedaging yang tidak berdosa dan tidak
pula pernah melakukan hal-hal yang menyakitkan hati atau menyentuh
perasaan. Dan bahwa ia lebih dicntai dan disayangi oleh ayah, itu adalah
suatu yang berada di luar kekuasaannya dan sesekali tidak dpt
ditimpakan dosanya kepadanya. Maka menurut fikiran saya kata Yahudza
melanjutkan bahasnya ialah dengan jalan yang terbaik untuk melenyapkan
Yusuf ialah melemparkannya ke dalam sebuah perigi yang kering yang
terletak di sebuah persimpangan jalan tempat kafilah-kafilah dan para
musafir berhenti beristirehat memberi makan dan minum kepada
binatang-binatang kenderaannya. Dengan cara demikian terdpt kemungkinan
bahwa salah seorang daripada musafir itu menemukan Yusuf, mengangkatnya
dari dalam perigi dan membawanya jauh-jauh sebagai anak pungut atau
sebagai hamba sahaya yang akan diperjual-belikan .Dengan cara aku
kemukakan ini ,kami telah dapat mencapai tujuan kami tanpa melakukan
pembunuhan dan merenggut nyawa adik kami yang tidak berdosa.”
Fikiran dan cadangan yang dikemuka oleh Yahudza itu mendapat sambutan
baik dan disetujui bulat oleh saudara-saudaranya yang lain dan akan
melaksanakannya pada waktu dan kesempatan yang tepat. Pertemuan secara
rahsia itu bersurai dengan janji dari masing-masing saudara hadir, akan
menutup mulut dan merahsiakan rancangan jahat ini seketat-ketatnya agar
tidak bocor dan tidak didengar oleh ayah mereka sebelum pelaksanaannya.
Nabi Yusuf bermimpi
Pada malam di mana para saudaranya mengadakan pertemuan sulit yang mana
untuk merancangkan muslihat dan rancangan jahat terhadap diri adiknya
yang ketika itu Nabi Yusuf sedang tidur nyenyak , mengawang di alam
mimpi yang sedap dan mengasyikkan ,tidak mengetahui apa yang oleh takdir
di rencanakan atas dirinya dan tidak terbayang olehnya bahwa
penderitaan yang akan dialaminya adalah akibat dari perbuatan
saudara-saudara kandungnya sendiri, yang diilhamkan oleh sifat-sifat
cemburu, iri hati dan dengki.
Pd mlm yang nahas itu Nabi Yusuf melihat dalam mimpinya seakan-akan
sebelas bintang, matahari dan bulan yang berada di langit turun dan
sujud di depannya. Terburu-buru setelah bangun dari tidurnya, ia datang
menghampiri ayahnya , menceritakan kepadanya apa yang ia lihat dan alami
dalam mimpi.
Tanda gembira segera tampak pada wajah Ya’qub yang berseri-seri ketika
mendengar cerita mimpi Yusuf, puteranya. Ia berkata kepada puteranya:”
Wahai anakku! Mimpimu adalah mimpi yang berisi dan bukan mimpi yang
kosong. Mimpimu memberikan tanda yang membenarkan firasatku pada dirimu,
bahwa engkau dikurniakan oleh Allah kemuliaan ,ilmu dan kenikmatan
hidup yang mewah.Mimpimu adalah suatu berita gembira dari Allah kepadamu
bahwa hari depanmu adalah hari depan yang cerah penuh kebahagiaan,
kebesaran dan kenikmatan yang berlimpah-limpah.Akan tetapi engkau harus
berhati-hati, wahai anakku ,janganlah engkau ceritakan mimpimu itu
kepada saudaramu yang aku tahu mereka tidak menaruh cinta kasih
kepadamu, bahkan mereka mengiri kepadamu karena kedudukkan yang aku
berikan kepadamu dan kepada adikmu Benyamin. Mrk selalu berbisik-bisik
jika membicarakan halmu dan selalu menyindir-nyindir dalam percakapan
mrk tentang kamu berdua. Aku khuatir, kalau engkau ceritakan kepada mrk
kisah mimpimu akan makin meluaplah rasa dengki dan iri-hati mereka
terhadapmu dan bahkan tidak mungkin bahwa mereka akan merancang
perbuatan jahat terhadapmu yang akan membinasakan engkau. Dan dalam
keadaan demikian syaitan tidak akan tinggal diam, tetapi akan makin
mambakar semangat jahat mereka dan mengorbankan rasa dengki dan iri hati
yang bersemayam dalam dada mrk. Maka berhati-hatilah, hai anakku,
jangan sampai cerita mimpimu ini bocor dan didengar oleh mereka.”
Isi cerita tersebut di atas terdapat dalam Al_Quran ,dalam surah “Yusuf”
ayat 4 sehingga ayat 10 yang berbunyi sebagai berikut:
Maksudnya:” {Ingatlah} ketika Yusuf berkata kepada ayahnya : “Wahai
ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas buah bintang, matahari
dan bulan, kulihat semuanya sujud kepadaku”. 5. Ayahnya berkata: “Hai
anakku ,jgnlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudar-saudaramu, maka
mrk membuat muslihat {utk membinasakanmu} .Sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagi manusia.” 6. Dan demikianlah Tuhanmu
memilih kamu {utk menjadi Nabi} dan diajarkannya kepada kamu sebahagian
dari takdir mimpi-mimpi dan disempurnakannya nikmat-Nya kepadamu dan
kepada keluarga Ya’qub sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmatnya
kepada dua orang bapamu sebelum itu, {iaitu} Ibrahim dan Ishaq.
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. 7.
Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada {kisah} Yusuf
dan saudara-saudaranya bagi orang yang bertanya. 8. {Iaitu} ketika
mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya {Benyamin}
lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita {ini}
adalah satu golongan {yang kuat} .Sesungguhnya ayah kita adalah dalam
kekeliruan yang nyata.” 9. Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu
daerah {yang tidak dikenal} supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu
saja dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.” 10.
Seorang daripada mrk berkata: “Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi
masukkanlah ia ke dalam perigi, supaya dia dipungut oleh beberapa orang
musafir jika kamu hendak berbuat.” { Yusuf :4 ~ 10 }
Yusuf dimasukan kedalam perigi
Pada esok harinya setelah semalam suntuk saudara kandung Yusuf bertemu
berundingkan siasat dan merancangkan penyingkiran adiknya yang merupakan
saingan yang berat dalam merebut hati si ayah, datanglah mereka
menghadapi Nabi Ya’qub ayahnya meminta izin membawa Yusuf berekreasi
bersama mereka di luar kota. Berkata juru cakap mrk kepada si ayah: ”
Wahai ayah yang kami cintai! Kami berhajat berekreasi dan berkelah di
luar kota beramai-ramai dan ingin sekali bahawa adik kami Yusuf turut
serta dan tidak ketinggalan , menikmati udara yang cerah di bawah langit
biru yang bersih. Kami akan bawa bekal makanan dan minuman yang cukup
untuk santapan kami selama sehari berada di luar kota untuk bersuka ria
dan bersenang-senang ,menghibur hati yang lara dan melapangkan dada yang
sesak, seraya mempertebal rasa persaudaraan dan semangat kerukunan di
antara sesama saudara.”
Berkata Ya’qub kepada putera-puteranya: ” Sesungguhnya akan sangat
merungsingkan fikiranku bila Yusuf berada jauh dari jangkauan mataku
,apalagi akan turut serta bersamamu keluar kota ,di lapangan terbuka,
yang menurut pendengaranku banyak binatang buas seperti serigala yang
banyak berkeliaran di sana .Aku khuatir bahwa kamu akan lengah
menjaganya ,karena kesibukan kamu bermain-main sendiri sehinggakan
menjadikannya mangsa bagi binatang-binatang buas itu. Alangkah sedihnya
aku bila hal itu terjadi. Kamu mengetahui betapa sayangnya aku kepada
Yusuf yang telah ditingglkan oleh ibunya.”
Putera-puteranya menjawab:” Wahai ayah kami! Maskan masuk di akal, bahwa
Yusuf akan diterkam oleh serigala atau lain binatang buas di depan mata
kami sekumpulan ini? Padahal tidak ada di antara kami yang bertubuh
lemah atau berhati penakut. Kami sanggup menolak segala gangguan atau
serangan dari mana pun datangnya, apakah itu binatang buas atau makhluk
lain. Kami cukup kuat serta berani dan kami menjaga Yusuf
sebaik-baiknya, tidak akan melepaskannya dari pandangan kami walau
sekejap pun. Kami akan mempertaruhkan jiwa raga kami semua untuk
keselamatannya dan di manakah kami akan menaruh wajah kami bila hal-hal
yang mengecewakan ayah mengenai diri Yusuf.”
Akhirnya Nabi yusuf tidak ada alasan untuk menolak permintaan
anak-anaknya membawa Yusuf berekreasi melepaskan Yusuf di tangan
saudara-saudaranya yang diketahui mrk tidak menyukainya dan tidak
menaruh kasih sayang kepadanya. Ia berkat kepada anak anaknya:” Baiklah
jika kamu memang sanggup bertanggungjawab atas keamanan dan
keselamtannya sesuai dengan kata-kata kamu ucapkan itu, maka aku izinkan
Yusuf menyertaimu, semoga Allah melindunginya bersama kamu sekalian.”
Pada esok harinya berangkatlah rombongan putera-putera Ya’qub kecuali
Benyamin, menuju ke tempat rekreasi atau yang sebenarnya menuju tempat
di mana menurut rancangan, Yusuf akan ditinggalkan. Setiba mrk disekitar
telaga yang menjadi tujuan , Yusuf segera ditanggalkan pakaiannya dan
dicampakkannya di dalam telaga itu tanpa menghiraukan jeritan tangisnya
yang sedikit pun tidak mengubah hati abang-abangnya yang sudah
kehilangan rasa cinta kepada adik yang tidak berdosa itu. Hati mereka
menjadi lega dan dada mrk menjadi lapang karena rancangan busuknya telah
berhasil dilaksanakan dan dengan demikian akan terbukalah Hati Ya’qub
seluas-luasnya bagi mrk, dan kalaupun tindakan mrk itu akan menyedihkan
ayahnya ,maka lama-kelamaan akan hilanglah kesedihan itu bila mrk pandai
menghiburnya untuk melupakan dan melenyapkan bayangan Ysuf dari ingatan
ayahnya.
Pada petang hari pulanglah mrk kembali ke rumah tanpa Yusuf yang di
tinggalkan seorang diri di dasar tegala yang gelap itu, dengan membawa
serta pakaiannya setelah disirami darah seorang kelinci yang sengaja
dipotong untuk keperluan itu , mrk mengadap Nabi Ya’qub seraya menangis
mencucurkan airmata dan bersandiwara seakan-akan dan susah hati
berkatalah mrk kepada ayahnya:” Wahai ayah! Alangkah sial dan nahasnya
hari ini bagi kami ,bahwa kekhuatiran yang ayah kemukakan kepada kami
tentang Yusuf kepada kami telah pun terjadi dan menjadi kenyataan bahwa
firasat ayah yang tajam itu tidak meleset. Yusuf telah diterkam oleh
seekor serigala dikala kami bermain lumba lari dan meninggalkan Yusuf
seorang diri menjaga pakaian. Kami cukup hati-hati menjaga adik kami
sesuai dengan pesanan ayah, namun karena menurut pengamatan kami pada
saat itu, tidak ada tanda-tanda atau jejak binatang-binatang buas
disekitar tempat kami bermain, kami sesekali tidak melihat adanya bahaya
dengan meninggalkan Yusuf sendirian menjaga pakaian kami yang tidak
dari tempat kami bermain bahkan masih terjangkau oleh pandangan mata
kami. Akan tetapi serigala yang rupanya sudah mengintai adik kami Yusuf
itu, bertindak begitu cepat menggunakan kesempatan lengahnya kami, waktu
bermain sehingga tidak keburu kami menolong menyelamatkan jiwa adik
kami yang sangat kami sayangi dan cintai itu. Oh ayah! Kami sangat
sesalkan diri kami yang telah gagal menempati janji dan kesanggupan kami
kepada ayah ketika kami minta izin mambawa Yusuf, namun apa yang hendak
dikatakan bila takdir memang menghendaki yang demikian. Inilah pakaian
Yusuf yang berlumuran dengan darah sebagai bukti kebenaran kami ini,
walau pun kami merasakan bahawa ayah tidak akan mempercayai kami
sekalipun kami berkata yang benar.”
Nabi Ya’qub yang sudah memperolehi firasat tentang apa yang akan terjadi
keatas diri Yusuf putera kesayangannya dan mengetahui bagaimana sikap
abang-abangnya terhadap Yusuf adiknya, tidak dapat berbuat apa-apa
selain berpasrah kepada takdir Illahi dan seraya menekan rasa sedih,
cemas dan marah yang sedang bergelora di dalam dadanya, berkatalah
beliau kepada putera-puteranya:” Kamu telah memperturutkan hawa nafsumu
dan mengikut apa yang dirancangkan oleh syaitan kepadamu. Kamu telah
melakukan suatu perbuatan yang akan kamu akan rasa sendiri akibatnya
kelak jika sudah terbuka tabir asapnya yang patut dimintai pertolong-Nya
dalam segala hal dan peristiwa.
Isi cerita ini telah dapat dibacakan didalam Al-Quran pada surah “Yusuf” ayat 11 sehingga 18 sebagai berikut:
” 11. Mereka berkata : “Wahai ayah kami! apa sebabnya kamu tidak
mempercayai kami terhadap Yusuf ,padahal sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang mengingini kebaikan baginya.” 12. Biarkan lah ia pergi
bersama kami besok, agak dia {dapat} bersenang-senang dan {dapat}
bermain-main dan sesungguhnya kami pasti menjaganya.” 13. Berkata
Ya’qub:” Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkan dan
aku khuatir kalau-kalau dia dimakan serigala sedang kamu lengah
daripadanya.” 14. Mereka berkata: ” Jika ia benar-benar dimakan
serigala, sedang kami adalah golongan {yang kuat} ,sesungguhnya kami
kalau demikian adalah orang-orang yang rugi.” 15. Maka tatkala mereka
membawanya dan sepakat memasukkannya ke dalam telaga {lalu mereka
masukkan dia} dan {di waktu dia sudah dalam telaga }Kami wahyukan kepada
{Yusuf}:” Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan
mereka ini, sedang mereka tidak ingat lagi. 16. Kemudian mereka datang
kepada ayah mereka di petang hari sambil menangis. 17. Mereka berkata:
“Wahai ayah kami! Sesungguhnya kami pergi berlumba-lumba dan kami
tinggalkan Yusuf dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala dan
kamu sesekali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah
orang-orang yang benar.” 18. Mereka datang membawa baju kemejanya {yang
berlumuran} dengan darah palsu. Ya’qub berkata:” Sebenarnya diri kamu
sendirilah yang memandang baik perbuatan {yang buruk} itu maka kesabaran
yang baik itulah {kesabaran}. Dan Allah sajalah yang dimohon
perlindungannya terhadap apa yang kamu ceritakan.”
Yusuf dijual-beli sebagai hamba sahaya
Yusuf sedang berada di dalam perigi itu seorang diri, diliputi oleh
kegelapan dan kesunyian yang mencekam. Ia melihat ke atas dan ke bawah
ke kanan dan ke kiri memikirkan bagaimana ia dapat mengangkatkan dirinya
dari perigi itu , namun ia tidap melihat sesuatu yang dpt menolongnya.
IA hanya dapat melihat bayangan tubuhnya dalam air yang cetek di bawah
kakinya. Sungguh suatu ujian yang amat berat bagi seorang semuda Yusuf
yang masih belum banyak pengalaman nya dalam penghidupan, bah baru
pertama kali ia berpisah dari ayahnya yang sangat menyayangi dan
memanjakannya. Lebih-lebih terasa beratnya uijian itu ialah karena yang
melemparkannya ke dasar telaga itu adalah abang-abangnya sendiri,
putera-putera ayahnya.
Yusuf di samping memikirkan nasibnya yang sedang dialami, serta
bagaimana ia menyelamatkan dirinya dari bahaya kelaparan sekiranya ia
lama tidak tertolong, ia selalu mengenangkan ayahnya ketika melihat
abang-abangnya kembali pulang ke rumah tanpa dirinya bersama mrk.
Tiga hari berselang, sejak Yusuf dilemparkan ke dalam perigi, dan belum
nampak tanda-tanda yang memberi harapan baginya dapat keluar dari
kurungannya, sedangkan bahaya kelaparan sudah mulai membayangi dan sudah
nyaris berputus asa ketika sekonyong-konyong terdengar olehnya suara
sayup-sayup, suara aneh yang belum pernah didengarnya sejak ia
dilemparkan ke dalam telaga itu. Makin lama makin jelaslah suara-suara
itu yang akhirnya terdengar seakan anjing menggonggong suara orang-orang
bercakap dan tertawa terbahak-bahak dan suara jejak kaki manusia dan
binatang sekitar telaga itu.
Ternyata apa yang terdengar oleh Yusuf, ialah suara-suara yang timbul
oleh sebuah kafilah yang sedang berhenti di sekitar perigi, di mana ia
terkurung untuk beristirehat sambil mencari air untuk diminum bagi mrk
dan binatang-binatang mrk. alangkah genbiranya Yusuf ketika keetika ia
sedang memasang telinganya dan menengar suara ketua kafilah
memerintahkan orangnya melepaskan gayung mengambil air dari telaga itu.
Sejurus kemudian dilihat oleh Yusuf Sebuah gayung turun ke bawah dan
begitu terjangkau oleh tangannya dipeganglah kuat-kuat gayung itu yang
kemudian ditarik ke atas oleh sang musafir seraya berteriak mengeluh
karena beratnya gayung yang ditarik itu.
Para musafir yang berada di kafilah itu terperanjat dan takjub ketika
melihat bahawa yang memberatkan gayung itu bukannya air, tetapi manusia
hidup berparas tampan, bertubuh tegak dan berkulit putih bersih. Mereka
berunding apa yang akan diperbuat dengan hamba Allah yang telah
diketemukan di dalam dasar perigi itu, dilepaskannya di tempat yang
sunyi itu atau dikembalikan kepada keluarganya. Akhirnya bersepakatlah
mrk untuk dibawa ke Mesir dan dijual di sana sebagai hamba sahaya dengan
harga, yang menurut tafsiran mrk akan mencapai harga yang tinggi,
karena tubuhnya yang baik dan parasnya yang tampan.
Setibanya kafilah itu di Mesir, dibawalah Yusuf di sebuah pasar khusus ,
di mana manusia diperdagangkan dan diperjual-belikan sebagai barang
dagangan atau sebagai binatang-binatang ternakan. Yusuf lalu ditawarkan
di depan umum dilelongkan. Dan karena para musafir yang membawanya itu
khuatir akan terbuka pertemuan Yusuf maka mereka enggan memepertahankan
sampai mencapai harga yang tinggi, tetapi melepaskannya pada tawaran
pertama dengan harga yang rendah dan tidak memadai. Padahal seorang
seperti nabi Yusuf tidak dapat dinilai dengan wang bahkan dengan emas
seisi bumi pun tidak seimbang sebagai manusia yang besar dan makhluk
Allah yang agung seperti Nabi Yusuf yang oleh Allah telah digariskan
dalam takdirnya bahawa ia akan melaksanakan missi yang suci dan
menjalankan peranan yang menentukan dalam pengaulan hidup umat manusia.
Nabi Yusuf dalam pelelongan itu dibeli oleh keeetua polis Mesir bernama
Fathifar sebagai penawar pertama , yang merasa berbahagia memperoleh
sorang hamba yang berparas bagus, bertubuh kuat dan air muka yang
memberi kesan bahawa dalam manusia yang dibelikan itu terkandung jiwa
yang besar, hati suci bersih dan bahawa ia bukanlah dari kualiti manusia
yang harus diperjual-belikan.
Kata Fathifar kepada isterinya ketika mengenalkan Yusuf kepadanya:”
Inilah hamba yang aku baru beli dari pelelongan. Berilah ia perlakuan
dan layanan yang baik kalau-kalau kelak kami akan memperolehi manfaat
drpnya dan memungutnya sebagai anak kandung kita. Aku dapat firasat dari
paras mukanya dan gerak-gerinya bahawa ia bukanlah dari golongan yang
harus diperjual-belikan, bahkan mungkin sekali bahawa ia adalah dari
keturunan keluarga yang berkedudukan tinggi dan orang-orang yang
beradab.
Nyonya Fathifar, isteri Ketua Polis Mesir menerima Yusuf di rumahnya,
sesuai dengan pesanan suaminya. dilayan sebagai salah seorang daripada
anggota keluarganya dan sesekali tidak diperlakukannya sebagai hamba
belian. Yusuf pun dapat menyesuaikan diri dengan keadaan rumahtangga
Futhifar. Ia melakukan tugas sehari-harinya di rumah dengan penuh
semangat dan dengan kejujuran serta disiplin yang tinggi. Segala
kewajiban dan tugas yang diperintahkan kepadanya, diurus dengan senang
hati seolah-olah dari perintah oleh orang tuanya sendiri. Demikianlah,
maka makin lama makin disayanglah akan Yusuf di rumah Ketua Polis Mesir
itu sehingga merasa seakan-akan berada di rumah keluarga dan orang
tuanya sendiri.
Tentang isi cerita di atas, dapat dibaca dalam surah “Yusuf” ayat 19
sehingga ayat 21 sebagai berikut: ~
“19. Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mrk menyuruh
seorang mengambil air mereka, maka dia menurunkan timbanya, dia berkata:
” Oh! Khabar gembira, ini seorang anak muda!” Kemudian mrk
menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang mrk kerjakan. 20. Dan mrk menjual Yusuf dengan harga yang
murah, iaitu beberapa dirham shj, dan mrk merasa tidak tertarik hatinya
kepada Yusuf 21. Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada
isterinya: ” Berikanlah kepadanya tempat {dan layanan} yang baik, boleh
jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak.” Dan
demekian pulalah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di
muka bumi {Mesir} dan agar kami ajarkan kepadanya takdir mimpi. Dan
Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya.” {Surah Yusuf : 19 ~ 21}
Yusuf dalam godaan nyonya Futhifar
Yusuf hidup tenang dan tenteram di rumah Futhifar, Ketua Polis Mesir,
sejak ia menginjakkan kakinya di rumah itu. Ia mendpt kepercayaan penuh
dari kedua majikannya, suami-isteri, mengurus rumah-tangga mereka dan
melaksanakan perintah dan segala keperluan mrk dengan sesungguh hati,
ikhlas dan kejujuran, tiada menuntut upah dan balasan atas segala tenaga
dan jerih payah yang dicurahkan untuk kepentingan keluarga. Ia
menganggap dirinya di rumah itu bukan sebagai hamba bayaran, tetapi
sebagai seorang drp anggota keluarga. demikian pula anggapan majikannya,
suami-isteri terhadap dirinya.
Ketenangan hidup dan kepuasan hati yang diperdpt oleh Yusuf selama ia
tinggal di rumah Futhifar, telah mempengaruhi kesihatan dan pertumbuhan
tubuhnya. Ia yang telah dikurnai oleh Tuhan kesempurnaan jasmani dengan
kehidupan yang senang dan empuk di rumah Futhifar, makin terlihat tambah
segar wajahnya, tambah elok parasnya dan tambah tegak tubuhnya,
sehingga ia merupakan seorang pemuda remaja yang gagah perkasa yang
menggiurkan hati setiap wanita yang melihatnya, tidak terkecuali isteri
Futhifar, majikannya sendiri, bahkan bukan tidak mungkin bahwa ia akan
menjadi rebutan lelaki, andai kata ia hidup di kota Sadum di
tengah-tangah kaum Nabi Luth ketika itu.
Pengaulan hari-hari di bawah satu atap rumah antara Yusuf pemuda remaja
yang gagah perkasa dan Nyonya Futhifar, seorang wanita muda cantik dan
ayu, tidak akan terhindar dari risiko terjadinya perbuatan maksiat, bila
tidak ada kekuatan iman dan takwa yang menyekat hawa nafsu yang ammarah
bissu. Demikian lah akan apa yang terjadi terhadap Yusuf dan isteri
Ketua Polis Mesir.
Pada hari-hari pertama Yusuf berada di tengah-tengah keluarga , Nyonya
Futhifar tidak menganggapnya dan memperlakukannya lebih dari sebagai
pembantu rumah yang cekap, tangkas, giat dan jujur, berakhlak dan
berbudi pekerti yang baik. Ia hanya mengagumi sifat-sifat luhurnya itu
serta kecekapan dan ketangkasan kerjanya dalam menyelesaikan urusan dan
tugas yang pasrahkan kepadanya. Akan tetapi memang rasa cinta itu selalu
didahului oleh rasa simpati.
Simpati dan kekaguman Nyonya Futhifar terhadap cara kerja Yusuf,
lama-kelamaan berubah menjadi simpati dan kekaguman terhadap bentuk
banda dan paras mukanya. Gerak-geri dan tingkah laku Yusuf diperhatika
dari jauh dan diliriknya dengan penuh hati-hati. Bunga api cinta yang
masih kecil di dalam hati Nyonya Futhifar terhadap Yusuf makin hari
makin membesar dan membara tiap kali ia melihat Yusuf berada dekatnya
atau mendengar suaranya dan suara langkah kakinya. Walaupun ia berusaha
memandamkan api yang membara di dadanya itu dan hedak menyekat nafsu
berahi yang sedang bergelora dalam hatinya, untuk menjaga maruahnya
sebagai majikan dan mepertahankan sebagai isteri Ketua Polis, namun ia
tidak berupaya menguasai perasaan hati dan hawa nasfunya dengan kekuatan
akalnya. Bila ia duduk seorang diri, maka terbayanglah di depan matanya
akan paras Yusuf yang elok dan tubuhnya yang bagus dan tetaplah melekat
bayangan itu di depan mata dan hatinya, sekalipun ia berusaha untuk
menghilangkannya dengan mengalihkan perhatiannya kepada urusan dan
kesibukan rumahtangga. Dan akhirnya menyerahlah Nyonya Futhifar kepada
kehendak dan panggilan hati dan nafsunya yang mnedpt dukungan syaitan
dan iblis dan diketepikanlahnya semua pertimbangan maruah, kedudukan dan
martabat serta kehormatan diri sesuai dengan tuntutan dengan akal yang
sihat.
Nyonya Futhifar menggunakan taktik, mamancing-mancing Yusuf agar ia
lebih dahulu mendekatinya dan bukannya dia dulu yang mendekati Yusuf
demi menjaga kehormatan dirinya sebagai isteri Ketua Polis. Ia selalu
berdandan dan berhias rapi, bila Yusuf berada di rumah, merangsangnya
dengan wangi-wangian dan dengan memperagakan gerak-geri dan tingkah laku
sambil menampakkan, seakan-akan dengan tidak sengaja bahagian tubuhnya
yang biasanya menggiurkan hati orang lelaki.
Yusuf yang tidak sedar bahwa Zulaikha, isteri Futhifar, mencintai dan
mengandungi nafsu syahwat kepadanya, menganggap perlakuan manis dan
pendekatan Zulaikha kepadanya adalah hal biasa sesuai dengan pesanan
Futhifar kepada isterinya ketika dibawa pulang dari tempat perlelongan.
Ia berlaku biasa sopan santun dan bersikap hormat dan tidak sedikit pun
terlihat dari haknya sesuatu gerak atau tindakan yang menandakan bahwa
ia terpikat oleh gaya dan aksi Zulaikha yang ingin menarik perhatiannya
dan mengiurkan hatinya. Yusuf sebagai calon Nabi telah dibekali oleh
Allah dengan iman yang mantap, akhlak yang luhur dan budi pekerti yang
tinggi. Ia tidak akan terjerumus melakukan sesuatu maksiat yang
sekaligus merupakan perbuatan atau suatu tindakan khianat terhadap orang
yang telah mempercayainya memperlakukannya sebagai anak dan memberinya
tempat di tengah-tengah keluarganya.
Sikap dingin dan acuh tak acuh dari Yusuf terhadap rayuan dan tingkah
laku Zulaikha yang bertujuan membangkitkan nafsu syahwatnya menjadikan
Zulaikha bahkan tambah panas hati dan bertekad dkan berusaha terus
sampai maksudnya tercapai. Jika aksi samar-samar yang ia lakukan tetap
tidak dimengertikan oleh Yusuf Yang dianggapkannya yang berdarah dingin
itu, maka akan dilakukannya secara berterus terang dan kalau perlu
dengan cara paksaan sekalipun.
Zulaikha , tidak tahan lebih lama menunggu reaksi dari Yusuf yang tetap
bersikap dingin , acuh tak acuh terhadap rayuan dan ajakan yang
samar-samar daripadanya. Maka kesempatan ketika si suami tidak ada di
rumah, masuklah Zulaikha ke bilik tidurnya seraya berseru kepada Yusuf
agar mengikutinya. Yusuf segera mengikutinya dan masuk ke bilik di
belakang Zulaikha, sebagaimana ia sering melakukannya bila di mintai
pertolongannya melakukan sesuatu di dalam bilik. Sekali-kali tidak
terlintas dalm fikirannya bahwa perintah Zulaikha kali itu kepadanya
untuk masuk ke biliknya bukanlah perintah biasa untuk melekukan sesuatu
yang biasa diperintahkan kepadanya. Ia baru sedar ketika ia berad di
dalam bilik, pintu dikunci oleh Zulaikha, tabir disisihkan seraya
berbaring berkatalah ia kepada Yusuf: ” Ayuh, hai Yusuf! Inilah aku
sudah siap bagimu, aku tidak tahan menyimpan lebih lama lagi rasa
rinduku kepada sentuhan tubuhmu. Inilah tubuhku kuserahkan kepadamu,
berbuatlah sekehendak hatimu dan sepuas nafsumu.”
Seraya memalingkan wajahnya ke arah lain, berkatalah Yusuf:” Semoga
Allah melindungiku dari godaan syaitan. Tidak mungkin wahai tuan
puteriku aku akan melakukan maksiat dan memenuhi kehendakmu. Jika aku
melakukan apa yang tuan puteri kehendaki, maka aku telah mengkhianati
tuanku, suami tuan puteri, yang telah melimpahkan kebaikannya dan kasih
sayangnya kepadaku. Kepercayaan yang telah dilimpahkannya kepadaku,
adalah suatu amanat yang tidak patut aku cederai. Sesekali tidak akanku
balas budi baik tuanku dengan perkhianatan dan penodaan nama baiknya.
Selain itu Allah pun akan murka kepadaku dan akan mengutukku bila bila
aku lakukan apa yang tuan puteri mintakan daripadaku. Allah Maha
Mengetahui segala apa yang diperbuat oleh hambanya.
Segera mata Zulaikha melotot dan wajahnya menjadi merah, tanda marah
yang meluap-luap, akibat penolakan Yusuf tehadap ajaknya. Ia merasakan
dirinya dihina dan diremehkan oleh Yusuf dengan penolakannya, yang
dianggapnya suatu perbuatan kurang ajar dari seorang pelayan terhadap
majikannya yang sudah merendahkan diri, mengajaknya tidur bersama,
tetapi ditolak mentah-mentah. Padhal tidak sedikit pembesar pemerintah
dan orang-orang berkedudukan telah lama merayunya dan ingin sekali
menyentuh tubuhnya yang elok itu, tetapi tidak dihiraukan oleh Zulaikha.
Yusuf melihat mata Zulaikha yang melotot dan wajahnya yang menjadi
merah, menjadi takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, dan
segera lari menuju pintu yang tertutup, namun Zulaikha cepat-cepat
bangun dari ranjangnya mengejar Yusuf yang sedang berusaha membuka
pintu, ditariknyalah kuat-kuat oleh Zulaikha bahagian belakang kemejanya
sehingga terkoyak. Tepat pada masa mereka berada di belakang pintu
sambil tarik menarik, datanglah Futhifar mendapati mrk dalam keadaan
yang mencurigakan itu.
Dengan tiada memberi kesempatan Yusuf membuka mulut, berkatalah Zulaikha
cepat-cepat kepada suaminya yang masih berdiri tercengang memandang
kepada kedua orang kepercayaan itu:” Inilah dia Yusuf , hamba yang
engkau puja dan puji itu telah berani secara kurang ajar masuk ke
bilikku dan memaksaku memenuhi nafsu syahwatnya. Berilah ia ganjaran
yang setimpal dengan perbuatan biadabnya. Orang yang tidak mengenal budi
baik kami ini harus dipenjarakan dan diberika seksaan yang pedih.”
Yusuf mendengar laporan dan tuduhan palsu Zulaikha kepada suaminya,
tidak dpt berbuat apa-apa selain memberi keterangan apa yang terjadi
sebenarnya. Berkatalah ia kepada majikannya, Futhifar:” Sesungguhnya
dialah yang menggodaku, memanggilkan aku ke biliknya, lalu memaksaku
memenuhi nafsu syahwatnya. Aku menolak tawarannya itu dan lari
menyingkirinya, namun ia mengejarku dan menarik kemejaku dari belakang
sehingga terkoyak.”
Futhifar dalam keadaan bingung. Sipakah diantara kedua orang yang benar?
Yusufkah yang memang selama hidup bersama dirumahnya belum pernah
berkata dusta, atau Zulaikhakah yang dalam fikirannya tidak mungkin akan
mengkhianatinya? Dalam keadaan demikian itu tibalah sekonyong-konyong
seorang dari keluarga Zulaikha, iaitu saudaranya sendiri yang dikenal
bijaksana, pandai dan selalu memberi pertimbangan yang tepat bila
dimintai fikiran dan nasihatnya. Atas permintaan Futhifar untuk
memberinya pertimbangan dalam masalah yang membingungkan itu, berkatalah
saudaranya:” Lihatlah, bila kemeja Yusuf terkoyak bahgian belakangnya,
maka ialah yang benar dan isterimu yang dusta. Sebaliknya bila koyak
kemejanya di bahagian hadapan maka dialah yang berdusta dan isterimu
yang berkata benar.”
Berkatalah Futhifar kepada isterinya setelah persoalannya menjadi jelas
dan tabir rahsianya terungkap:” Beristighfarlah engkau hai Zulaikha dan
mohonlah ampun atas dosamu. Engkau telah berbuat salah dan dusta pula
untuk menutupi kesalahanmu. Memang yang demikian itu adalah sifat-sifat
dan tipu daya kaum wanita yang sudah kami kenal.” Kemudian berpalinglah
dia mengadap Yusuf dan berkata kepadanya:” Tutuplah rapat-rapat mulutmu
wahai Yusuf, dan ikatlah lidahmu, agar masalah ini akan tetap menjadi
rahsia yang tersimpan sekeliling dinding rumah ini dan jangan sesekali
sampai keluar dan menjadi rahsia umum dan buah mulut masyarakat. Anggap
saja persoalan ini sudah selesai sampai disini.”
Ada sebuah peribahasa yang berbunyi:” Tiap rahsia yang diketahui oleh
dua orang pasti tersiar dan diketahui oleh orang ramai.” Demikianlah
juga peristiwa Zulaikha dengan Yusuf yang dengan ketat ingin ditutupi
oleh keluarga Futhifar tidak perlu menunggu lama untuk menjadi rahsia
umum. pada mulanya orang berbisik-bisik dari mulut ke mulut,
menceritakan kejadian itu, tetapi makin hari makin meluas dan makin
menyebar ke tiap-tiap pertemuan dan menjadi bahan pembicaraan di
kalangan wanita-wanita dari golongan atas dan menengah. Kecaman-kecaman
yang bersifat sindiran mahupun yang terang-terangan mulai dilontarkan
orang terhadap Zulaikha, isteri Ketua Polis Negara, yang telah dikatakan
bercumbu-cumbuan dengan pelayannya sendiri, seorang hamba belian dan
yang sangat memalukan kata mrk bahwa pelayan bahkan menolak ajakan
majikannya dan tatkala melarikan diri drpnya dikejarkannya sampai
bahagian belakang kemejanya terkoyak.
Kecaman-kecaman sindiran-sindiran dan ejekan-ejekan orang terhadap
dirinya akhirnya sampailah di telinga Zulaikha. Ia menjadi masyangul dan
sedih hati bahwa peristiwanya dengan Yusuf sudah menjadi buah mulut
orang yang dengan sendirinya membawa nama baik keluarga dan nama baik
suaminya sebagai Ketua Polis Negara yang sgt disegani dan dihormati.
Zulaikha yang sangat marah dan jengkel terhadap wanita-wanita
sekelasnya, isteri-isteri pembesar yang tidak henti-hentinya dalam
pertemuan mrk menyinggung namanya dengan ejekan dan kecaman sehubungan
dengan peristiwanya dengan Yusuf.
Utk mengakhiri desas-desus dan kasak-kusuk kaum wanita para isteri
pembesar itu, Zulaikha mengundang mrk ke suatu jamuan makan di rumahnya,
dengan maksud membuat kejutan memperlihatkan kepada mrk Yusuf yang
telah menawankan hatinya sehingga menjadikan lupa akan maruah dan
kedudukan sebagai isteri Ketua Polis Negara.
Dalam pesta itu para undangan diberikan tempat duduk yang empuk dan
masing-masing diberikan sebilah pisau yang tajam untuk memotong daging
dan buah-buahan yang tersedia dan sudah dihidangkan.
Setelah masing-masing tamu menduduki tempatnya dan disilakannya
menikmati hidangan yang sudah tersedia di depannya, maka tepat pada masa
mrk sibuk mengupas buah yang ada ditangan masing-masing,
dikeluarkannyalah Yusuf oleh Zulaikha berjalan sebagai peragawan di
hadapan wanita-wanita yang sedang sibuk memotong buah-buahan itu. Tanpa
disadari para tamu wanita yang sedang memegang pisau dan buah-buahan di
tangannya seraya ternganga mengagumi keindahan wajah dan tubuh Yusuf mrk
melukai jari-jari tangannya sendir dan sambil menggeleng-geleng kepala
kehairanan, maka berkatalah mrk:” Maha Sempurnalah Allah. Ini bukanlah
manusia. Ini adalah seorang malaikat yang mulia.”
Zulaikha bertepuk tangan tanda genbira melihat usah kejutannya brhasil
dan sambil menujuk ke jari-jari wanita yang terhiris dan mencucurkan
darah itu berkatalah ia:” Inilah dia Yusuf, yang menyebabkan aku menjadi
bual-bualan ejekanmu dan sasaran kecaman-kecaman orang Tidakkah kami
setelah melihat Yusuf dengan mata kepala memberi uzur kepadaku, bila ia
menawan hatiku dan membangkitkan hawa nafsu syahwatku sebagai seorang
wanita muda yang tidak pernah melihat orang yang setampan parasnya,
seindah tubuhnya dan seluhur akhlak Yusuf? Salahkah aku jika aku
tergila-gila olehnya, sampai lupa akan kedududkanku dan kedudukan
suamiku? Kamu yang hanya melihat Yusuf sepintas lalu sudah kehilangan
kesedaran sehingga bukan buah-buahan yang kamu kupas tetapi jari-jari
tanganmu yang terhiris. Maka hairankah kalau aku yang berkumpul dengan
Yusuf di bawah satu bumbung, melihat wajah dan tubuhnya serta mendengar
suaranyapada setiap saat dan setiap detik sampai kehilangan akal
sehingga tidak dapat mengawal nafsu syahwatku menghadapinya? Aku harus
mengaku didepan kamu bahawa memang akulah yang menggodanya dan merayunya
dan dengan segala daya upaya ingin memikat hatinya dan mengundangnya
untuk menyambut cintaku dan melayani nafsu syahwatku. Akan tetapi dia
bertahan diri, tidak menghiraukan ajakanku dan bersikap dingin terhadap
rayuan dan godaanku. Ia makin menjauhkan diri, bila aku mencuba
mendekatinya dan memalingkan pandangan matanya dari pandanganku bila
mataku menentang matanya. Aku telah merendahkan diriku sebagai isteri
Ketua Polis Negara kepada Yusuf yang hanya seorang hamba sahaya dan
pembantu rumah, namaku sudah terlanjur ternoda dan menjadi ejekan orang
karenanya, maka bila tetap membangkang dan tidak mahu memperturutkan
kehendakku, aku tidak akan ragu-ragu akan memasukkannya ke dalam penjara
sepanjang waktu sebagai pengajaran baginya dan imbalan bagi kecemaran
namaku karenanya.”
Mendengar kata-kata ancaman Zulaikha terhadap diri Yusuf menggugah hati
para wanita yang menaruh simpati dan rasa kasihan kepada diri Yusuf. Mrk
menyayangkan bahwa tubuh yang indah dan wajah yang tampan serta manusia
yang berbudi pekerti dan berakhlak luhur itu tidak patut dipenjarakan
dan dimasukkan ke tempat orang-orang yang melakukan jenayah dan
penjahat.
Berkata salah seorang yang menghampirinya:” Wahai Yusuf! Mengapa engkau
berkeras kepala menghadapi Zulaikha yang menyayangimu dan mencintaimu?
Mengapa engkau menolak ajakan dan seruannya terhadapmu? Suatu keuntungan
besar bagimu, bahwa seorang wanita cantik seperti Zulaikha yang
bersuamikan seorang pembesar negara tertarik kepadamu dan menginginkan
pendekatanmu. Ataukah mungkin engkau adalah seorang lelaki yang lemah
syahwat dan karena itu tidak tertarik oleh kecantikan serta keelokan
seorang wanita muda seperti Zulaikha.”
Berkata seorang tamu wanita lain:” Jika sekiranya kamu tidak tertarik
kepada Zulaikha karena kecantikannya, maka berbuatlah untuk kekayaannya
dan kedudukan suaminya. sebab jika engkau dapat menyesuaikan dirimu
kepada kehendak Zulaikha dan mengikuti segala perintahnya nescay engkau
akan dianugerahi harta yang banyak dan mungkin pangkatmu pun akan
dinaikkan.”
Berucap seorang tamu lain memberi nasihat:” Wahai Yusuf! fikirkanlah
baik-baik dan camkanlah nasihatku ini: Zulaikha sudah berketetapan hati
harus mencapai tujuannya dan memperoleh akan apa yang dikehendakinya
drpmu. Ia sudah terlanjur diejek dan dikecam orang dan sudah terlanjur
namanya menjadi bualan di dalam masyarakat karena engkau maka dia
mengancam bila engkau tetap berkeras kepala dan tidak melunakkan sikapmu
terhadap tuntutannya, pasti ia akan memasukkan engkau ke dalam penjara
sebagai penjahat dan penjenayah. Engkau mengetahui bahawa suami Zulaikha
adlah Ketua Polis Negara yang berkuasa memenjarakan seseorang ke dalam
tahanan dan engkau mengetahui pula bahwa Zulaikha sgt berpengaruh kepada
suaminya. Sayangilah wahai Yusuf dirimu yang masih muda remaja dan
tampan ini dan ikutilah perintah Zulaikha agar engkau selamat dan
terhindar dari akibat yang kami tidak menginginkan ke atas dirimu.”
Kata-kata nasihat dan bujukan para wanita ,Tamu Zulaikha itu didengar
oleh Yusuf dengan telinga kanan dan keluar ke telinga kirinya. Tidak
suatu pun daripadanya yang dapat turun ke lubuk hatinya atau menjadi
bahan penimbangannya. Akan tetapi walaupun ia percaya kepada dirinya,
tidak akan terpengaruh oleh bujukan dan nasihat-nasihat itu, ia merasa
khuatir, bahwa jika masih tinggal lama di tengah-tengah pergaulan itu
akhirnya mungkin ia akan terjebak dan masuk ke dalam perangkap tipu daya
dan tipu muslihat Zulaikha dan kawan-kawan wanitanya.
Berdoalah Nabi Yusuf memohon kepada Allah agar memberi ketetapan iman
dan keteguhan tekad kepadanya spy tidak tersesat oleh godaan syaitan dan
tipu muslihat kaum wanita yang akan menjerumuskannya ke dalam lembah
kemaksiatan dan perbuatan mungkar. Berucaplah ia di dalam doanya:” Ya
Tuhanku! sesungguhnya aku lebih suka dipenjarakan berbanding aku berada
di luar tetapi harus memperturutkan hawa nafsu para wanita itu.
Lindungilah aku wahai Tuhanku dari pergaulan orang-orang yang hendak
membawaku ke jalan yang sesat dan memaksaku melakukan perbuatan yang
Engkau tidak redhai. Bila aku dipenjarakan akan ku bulatkan fikiranku
serta ibadahku kepadamu wahai Tuhanku. Jauhkanlah daripadaku rayuan dan
tipu daya wanita-wanita itu, supaya aku tidak termasuk dari orang-orang
yang bodoh dan sesat.”
Futhifar, Ketua Polis Negara, Suami Zulaikha mengetahui dengan pasti
bahwa Yusuf bersih dari tuduhan yang dilemparkan kepadanya. Ianya pula
sedar bahwa isterinyalah yang menjadi biang keladi dalam peristiwa yang
sampai mencemarkan nama baik keluarganya. Akan tetapi ia tidak dapat
berbuat selain mengikuti nasihat isterinya yang menganjurkan agar Yusuf
dipenjarakan. Karena dengan memasukkan Yusuf ke dalam tahanan, pendapat
umum akan berubah dan berbalik akan menuduh serta menganggap Yusuflah
yang bersalah dalam peristiwa itu dan bukannya Zulaikha. Dengan demikian
mrk berharap nama baiknya akan pulih kembali dan desas-desus serta
kasak-kasuk masyarakat tentang rumahtanggannya akan berakhir.
Demikianlah, maka perintah dikeluarkan oleh Futhifar dan masuklah Yusuf
ke dalam penjara sesuai dengan doanya.
Isi cerita di atas dapat dibaca dalam Al-Quran surah Yusuf ayat 22 sehingga ayat 35 :
“22. Dan tatkala ia cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan
ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
baik. 23. Dan wanita {Zulaikha} yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda
Yusuf untuk menundukkan dirinya {kepadanya} dan dia menutup pintu-pintu
seraya berkata: ” Marilah kesini “. Yusuf berkata: “Aku berlindung
kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.”
Sesungguh orang-orang yang zalim tidak akan beruntung. 24. Sesungguhnya
wanita itu telah bermaksud {melakukan perbuatan itu} dengan Yusuf dan
Yusuf pun bermaksud {melakukan pula} dengan wanita itu andaikata dia
tidak melihat tanda {dari} Tuhannya. Demikian agar Kami memalingkan
daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk
hamba-hamba Kami yang terpilih. 25. Dan kedua-duanya berlumba-lumba
menuju pintu dan wanita itu menarik baju kemeja Yusuf dari belakang
hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu.
Wanita itu berkata:” Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud
berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau dihukum dengan
azab yang pedih?” 26. Yusuf berkata:” Dia menggodaku untuk menundukkan
diriku {kepadanya}.” Dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberi
kesaksiannya:” Jika bajunya koyak dihadapan, maka wanita itu benar, dan
Yusuf termasuk orang-orang yang dusta. 27. Dan jika bajunya koyak
dibelakang, mka wanita itulah yang dusta dan Yusuf termasuk orang-orang
yang benar”. 28. Maka tatkala suami wanita itu melihat baju kemeja Yusuf
koyak dari belakang berkatalah dia:” Sesungguhnya kejadian itu adalah
diantara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu besar”. 29. Hai
Yusuf:” Berpalinglah dari ini dan kamu {hai isteriku} mohon ampunlah
atas doamu itu karena kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang
berbuat salah”. 30. Dan wanita-wanita di kota itu berkata:” Isteri
Al-Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya kepadanya,
sesungguhnya cintanya kepada bujangan itu adalah sgt mendalam.
Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan nyata.” 31. Maka tatkala
wanita itu {Zulaikha} mendengar cercaan mereka, diundangnyalah
wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk dan
diberikannya kepada masing-masing mereka sebilah pisau {utk memotong
jamuan} kemudian dia berkata {kepada Yusuf}:” Keluarlah {nampakkanlah
dirimu} kepada mrk”. Maka tatakala wanita-wanita itu melihatnya, mrk
kagum kepada {keindahan rupa} nya dan mrk melukai {jari} tangannya dan
berkata:” Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini
tidak lain hanyalah malaikat yang mulia”. 32. Wanita itu {Zulaikha}
berkata:” Itulah dia orang yang kamu cela aku karena {tertarik}
kepadanya dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan
dirinya {kepadaku} akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia
tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya nescaya dia akan
dipenjarakan dan dia akan termasuk orang-orang yang hina”. 33. Yusuf
berkata:” Wahai Tuhanku penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan
mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan drpku tipu daya mrk
tentu akan aku cenderung untuk {memenuhi keinginan mrk} dan tentulah aku
termasuk orang-orang yang bodoh”. 34. Maka Tuhannya memperkenankan doa
Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya
Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. 35. Kemudian ambil
fikiran kepada mrk setelah melihat tanda-tanda {kebenaran Yusuf} bahwa
mrk harus memenjarakannya sampai sesuatu waktu”. { Yusuf : 25 ~ 35 }
Yusuf dalam penjara
Yusuf di masukkan ke dalam penjara bukannya karena ia telah melakukan
kesalahan atau kejahatan, tetapi karena sewenang-wenangnya penguasa yang
memenjarakannya untuk menutupi dosanya sendiri dengan menempelkan dosa
itu kepada orang yang dipenjarakan. Akan tetapi bagi Nabi Yusuf, penjara
adalah tempat yang aman untuk menghindari segala godaan dan tipu daya
yang akan menjerumuskannya ke dalam kemaksiatan dan perbuatan mungkar.
Bagi Yusuf hidup di dalam sebuah penjara yang gelap dan sempit, dimana
gerak bandanya dan pandangan matanya dibatasi, adalah lebih baik dan
lebih disukai drp hidup di alam bebas di mana jiwanya tertekan dan
hatinya tidak merasa aman dan tenteram. Di dalam penjara Yusuf dpt
membulatkan fikirannya dan jiwanya beribadah dan menyembah kepada Allah.
Disamping itu ia dpt melakukan dakwah di dalam penjara, memberi
bimbingan dan nasihat kepada pesalah, agar mrk yang telah berdosa
melakukan kejahatan, bertaubat dan kembali menjadi orang-orang yang
baik, sedang kepada tahanan yang tidak berdosa yang menjadi korban
perbuatan penguasa yang sewenang-wenang dihiburkna agar mrk bersabar dan
bertakwa, bertawakkal serta beriman memohon kepada Allah mengakhiri
penderitaan dan kesengsaraan mrk.
Bersama dengan Yusuf, dipenjarakan pula dua orang pegawai istana Raja
dengan tujuan hendak meracunkan Raja atas perintah dan dengan kerjasama
dengan pihak musuh istana. Dua pemuda pegawai yang dipenjara itu,
seorang penjaga gudang mknan dan seorang sebagai pelayan meja istana.
Pada suatu hari pagi datanglah kedua pemuda tahanan itu ke tempat Nabi
Yusuf mengisahkan bahwa mrk telah mendpt mimpin. Si pelayan melihat ia
seakan-akan berada di tengah sebuah kebun anggur memegang gelas, seperti
gelas yang sering diguna minumkan oleh Raja, majikannya lalu diisinya
gelas itu dengan perahan buah anggur. Sedang pemuda penjaga gudang
melihat dalam mimpinnya seolah-olah mendukung di atas kepalanya sebuah
keranjang yang berisi roti, roti mana disambar oleh sekelompok burung
dan di bawanya terbang. Kedua pemuda tahanan itu mengharapkan dari Nabi
Yusuf agar memberi tafsiran bagi mimpi mrk itu.
Nabi Yusuf yang telah dikurniai kenabian dan ditugaskan oleh Allah
menyampaikan risalah-Nya kepada hamba-hamba-Nya memulai dakwahnya kepada
kedua pemuda yang datang menanyakan tafsiran mimpinnya, mengajak mrk
beriman kepada Allah Yangg Maha Esa, meninggalkan persembahan kepada
berhala-berhala yang mrk ada-adakan sendiri dengan memberi nama-nama
kepada berhala-berhala itu sesuka hati mrk. untuk membuktikan kepada
kedua pemuda itu bahwa ia adalah seorang Nabi dan pesuruh Allah, berkata
Nabi Yusuf:” Aku tahu dan dapat menerangkan kepada kamu, makanan apa
yang akan kamu terima, apa jenisnya dan berapa banyaknya demikian pula
jenisnya dan macam mana minuman yang akan kamu terima.
Demikian pula dapat aku memberi tafsiran bagi mimpi seorang termasuk
kedua mimpimu. Itu semua adalah ilmu yang dikurniakan oleh Allah
kepadaku. Aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman
kepada Allah dan mengingkari adanya hari kiamat kelak. Aku telah
mengikuti agama bapa-bapaku, Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub. Tidaklah
sepatutnya kami menyekutukan sesuatu bagi Allah yang telah mengurniakan
rahmat dan nikmat-Nya atas kami dan atas manusia seluruhnya tetapi
kebanyakkan manusia tidak menghargai nikmat Allah itu dan tidak
mensyukuri-Nya. Cubalah fikirkan wahai teman-temanku dalam penjara mana
yang lebih baik dan lebih masuk akal, penyembahan kepada beberapa tuhan
yang berbeda-beda atau penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha
Perkasa? Tuhan telah memerintahkan janganlah kamu menyembahkan selain
drp Dia. Itulah agama yang benar dan lurus, tetapi banyak orang tidak
mengetahui dan tidak mahu mengerti.”
” Adapun mengenai mimpimu”, Nabi Yusuf melanjutkan ceritanya,” Maka
takbirnya bahwa engkau, wahai pemuda pelayan, segera akan dikeluarkan
dari penjara dan akan dipekerjakan kembali seperit sedia kala, sedangkan
engkau wahai pemuda penjaga gudang akan dihukum mati dengan disalib dan
kepalamu akan menjadi makan burung-burung yang mematuknya. Demikianlah
takbir mimpimu yang telah menjadi hukum Allah bagi kamu berdua.”
Berkata Nabi Yusuf selanjutnya kepada pemuda yang diramalkan akan keluar
dari penjara:” Wahai temanku, pesanku kepadamu, bila engkau telah
keluar dan kembali bekerja di istana sebutlah namaku dihadapan Raja,
majikanmu. Katalah kepadanya bahwa aku dipenjarakan sewenang-wenangnya,
tidak berdosa dan tidak bersalah. Aku hanya dipenjara untuk kepentingan
menyelamatkan nama keluarga Ketua Polis Negara dan atas anjuran
isterinya belaka. Jangalah engkau lupakan pesananku ini, wahai temanku
yang baik.”
Kemudian, maka sesuai dengan takbir Nabi Yusuf, selang tidak lama
keluarlah surat pengampunan Raja bagi pemuda pelayan dan hukuman salib
bagi pemuda penjaga gudang dilaksanakan. Akan tetapi pesanan Nabi Yusuf
kepada pemuda pelayan, tidak disampaikan kepada Raja setelah ia diterima
kembali bekerja di istana. Syaitan telah menjadikannya lupa setelah ia
menikmati kebebasan dari penjara dan dengan demikian tetaplah Nabi Yusuf
berada di penjara beberapa tahun lamanya, penghibur para tahanan yang
tidak berdosa dan mendidik serta berdakwah kepada tahanan yang telah
bersalah melakukan kejahatan dan perbuatan -perbuatan yang buruk, agar
mrk menjadi orang-orang yang baik dan bermanfaat bagi sesama manusia dan
menjadi hamba-hamba Allah yang beriman dan bertauhid.
Isi cerita ini ada tersebut di dalam Al-Quran pada surah “Yusuf” ayat 36 sehingga ayat 42 :~
“36.~ Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang
pemuda. Berkatalah salah seorang di antara keduanya:” Sesungguhnya aku
bermimpi, bahwa aku memerah anggur.” Dan yang lain berkata:”
Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku membawa roti di atas kepalaku dan
sebahagiannya dimakan burung.” Beritakan kepada kami takbirnya,
sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai
{menakbir mimpi}. 37.~ Yusuf berkata:” Sebelum sampai kepada kamu berdua
makanan yang akan diberikan kepadamu melainkan aku telah dpt
menerangkan jenis makanan itu sebelum makanan itu sampai kepadamu. Yang
demikian itu adalah sebahagian dari apa yang diajarkan oleh Tuhanku
kepadaku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang
tidak beriman kepada Allah, sedang mrk ingkar kepada hari kemudian. 38.~
Dan aku mengikuti agama bapa-bapaku, iaitu Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub.
Tiadalah patut bagi kami {para nabi} mempersekutukan sesuatu apa pun
dengan Allah. Yang demikian itu adalah dari kurniaan Allah kepada kami
dan kepada manusia seluruhnya, tetapi kebanyakkan manusia itu tidak
mensyukurinya. 39.~ Hai kedua temanku dalam penjara, manakah yang baik,
tuhan-tuha yang bermacam-macam itu ataukah allah Yang Maha Esa lagi Maha
Perkasa? 40.~ Kamu tidak menyembah yang selain Allah melainkan hanya
{menyembah nama-nama yang kamu dan nenek moyang kamu membuat-buatnya,
Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu.
Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar
kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus tetapi
kebanyakkan manusia tidak mengetahui. 41.~ Hai kedua temanku dalam
penjara adapun salah seorang diantara kamu berdua akan memberi minum
tuannya dengan arak adapun yang seorang lagi maka ia akan disalib lalu
burung memakan sebahagian dari kepalanya. Telah diputuskan perkarayang
kamu berdua menanyakannya {kepadaku}”. 42.~ Dan Yusuf berkata kepada
orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua:”
Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu”. Maka syaitan menjadikan dia lupa
menerangkan {keadaan Yusuf} kepada tuannya. Karena itu tetaplah dia
{Yusuf} dalam penjara beberapa tahun lamanya.” {Yusuf : 36 ~ 42}
Yusuf dibebaskan dari penjara
Pada suatu hari berkumpullah di istana raja Mesir, para pembesar,
penasihat dan para arif bijaksana yang sengaja diundang oelh untuk
memberi takbir mimpi yang telah merunsingkan dan menakutkan hatinya. Ia
bermimpi seakan-akan melihat tujuh ekor sapi betina lain yang
kurus-kurus. Disamping itu ia melihat pula dalam mimpinya tujuh butir
gandum hijau disamping tujuh butir yang lain kering.
Tidak seorang drp. pembesar-pembesar yang didatangkan itu yang dapat
memberi tafsiran takbir bagi mimpi Raja bahkan sebahagian drp mrk
menganggapkannya sebagai mimpi kosong yang tiada bererti dan
menganjurkan kepada Raja melupakan saja mimpi itu dan menghilangkannya
dari fikirannya.
Pelayan Raja, pemuda teman Yusuf dalam penjara, pada masa pertemuan Raja
dengan para tetamunya, lalu teringat olehnya pesan Nabi Yusuf kepadanya
sewaktu ia akan dikeluarkan dari penjara dan bahwa takbir yang
diberikan oleh Nabi Yusuf bagi mimpinya adalah tepat, telah terjadi
sebagaimana telah ditakdirkan. Ia lalu memberanikan diri menghampiri
Raja dan berkata:” Wahai Paduka Tuanku! Hamba mempunyai seorang teman
kenalan di dalam penjara yang pandai menakbirkan mimpi. Ia adalah
seorang yang cekap, ramah dan berbudi pekerti luhur. Ia tidak berdosa
dan tidak melakukan kesalahan apa pun. Ia dipenjara hanya atas fitnahan
dan tuduhan palsu belaka. Ia telah memberi takbir bagi mimpiku sewaktu
hamba berada dalam tahanan bersamanya dan ternyata takbirnya tepat dan
benar sesuai dengan apa yang hamba alami. Jika Paduka Tuan berkenan,
hamba akan pergi mengunjunginya di penjara untuk menanyakan dia tentang
takbir mimpi Paduka Tuan.”
Dengan izin Raja, pergilah pelayan mengunjungi Nabi Yusuf dalam penjara.
Ia menyampaikan kepada Nabi Yusuf kisah mimpinya Raja yang tidak
seorang pun drp anggota kakitangannya dan para penasihatnya dpt
memberikan takbir yang memuaskan dan melegakan hati majikannya. Ia
mengatakan kepada Nabi Yusuf bahwa jika Raja dpt dipuaskan dengan
pemberian bagi takbir mimpinya, mungkin sekali ia akan dikeluarkan dari
penjara dan dengan demikian akan berakhirlah penderitaan yang akan
dialami bertahun-tahun dalam kurungan.
Berucaplah Nabi Yusuf menguraikan takbirnya bagi mimpi Raja:” Negara
akan menghadapi masa makmur, subur selama tujuh tahun, di mana
tumbuh-tumbuhan dan semua tanaman gandum, padi dan sayur mayur akan
mengalami masa menuai yang baik yang membawa hasil makanan
berlimpah-ruah, kemudian menyusuk musim kemarau selama tujuh tahun
berikutnya dimana sungai Nil tidak memberi air yang cukup bagi
ladang-ladang yang kering, tumbuh-tumbuhan dan tanaman rusak dimakan
hama ssedang persediaan bahan makanan, hasil tuaian tahun-tahun subur
itu sudah habis dimakan. Akan tetapi, Nabi Yusuf melanjutkan
keterangannya, setelah mengalami kedua musim tujuh tahun itu akan
tibalah tahun basah di mana hujan akan turun dengan lebatnya menyirami
tanah-tanah yang kering dan kembali menghijau menghasilkan bahan makanan
dan buah-buahan yang lazat yang dpt diperah untuk diminum.”
” Maka jika takbirku ini menjadi kenyataan ,” Nabi Yusuf berkata lebih
lanjut,” seharusnya kamu menyimpan baik-baik apa yang telah dihasilkan
dalam tahun-tahun subur, serta berjimat dalam pemakaiannya untuk
persiapan menghadapi masa kering, agar supaya terhindarlah rakyat dari
bencana kelaparan dan kesengsaraan.”
Raja setelah mendengar dari pelayannya apa yang diceritakan oleh Nabi
Yusuf tentang mimpinya merasakan bahwa takbir yang didengarkan itu sgt
masuk akal dan dpt dipercayai bahwa apa yang telah diramalkan oleh Yusuf
akan menjadi kenyataan. Ia memperoleh kesan bahwa Yusuf yang telah
memberi takbir yang tepat itu adalah seorang yang pandai dan bijaksana
dan akan sgt berguna bagi negara jikaia didudukkan di istana menjadi
penasihat dan pembantu kerajaan. Maka disuruhnyalah kembali si pelayan
ke penjara untuk membawa Yusuf menghadap kepadanya di istana.
Nabi Yusuf yang sudah cukup derita hidup sebagai orang tahanan yang
tidak berdosa, dan ingin segera keluar dari kurungan yang mencekam
hatinya itu, namun ia enggan keluar dari penjara sebelum peristiwanya
dengan isteri Ketua Polis Negara dijernihkan lebih dahulu dan sebelum
tuduhan serta fitnahan yang ditimpakan ke atas dirinya diterangkan
kepalsuannya. Nabi Yusuf ingin keluar dari penjara sebagai orang yang
suci bersih dan bahwa dosa yang diletakkan kepada dirinya adalah
fitnahan dan tipu-daya yang bertujuan menutupi dosa isteri Ketua Polis
Negara sendiri.
Raja Mesir yang sudah banyak mendengar tentang Nabi Yusuf dan terkesan
oleh takbir yang diberikan bagi mimpinya secara terperinci dan
menyeluruh makin merasa hormat kepadanya, mendengar tuntutannya agar
diselesaikan lebih dahulu soal tuduhan dan fitnahan yang dilemparkan
atas dirinya sebelum ia dikeluarkan dari penjara. Hal mana menurut
fikiran Raja menandakan kejujurannya, kesucian hatinya dan kebesaran
jiwanya bahwa ia tidak ingin dibebaskan atas dasar pengampunan tetapi
ingin dibebaskan karena ia bersih dan tidak bersalah serta tidak
berdosa.
Tuntutan Nabi Yusuf diterima oleh Raja Mesir dan segera dikeluarkan
perintah mengumpulkan para wanita yang telah menghadiri jamuan makan
Zulaikha dan terhiris hujung jari tangan masing-masing ketika melihat
wajahnya. Di hadapan Raja mereka menceritakan tentang apa yang mrk lihat
dan alami dalam jamuan mkn itu serta percakapan dan soal jawab yang mrk
lakukan dengan Nabi Yusuf. Mrk menyatakan pesan mrk tentang diri Nabi
Yusuf bahwa ia seorang yang jujur, soleh, bersih dan bukan dialah yang
salah dalam peristiwanya dengan Zulaikha. Zulaikha pun dalam pertemuan
itu, mengakui bahwa memang dialah yang berdosa dalam peristiwanya dengan
Yusuf dan dialah yang menganjurkan kepada suaminya agar memenjarakan
Yusuf untuk memberikan gambaran palsu kepada masyarakat bahwa dialah
yang salah dan bahwa dialah yang memperkosa kehormatannya.
Hasil pertemuan Raja dengan para wanita itu di umumkan agar diketahui
oleh seluruh lapisan masyarakat dan dengan demikian terungkaplah tabir
yang meliputi peristiwa Yusuf dan Zulaikha. Maka atas, perintah Raja,
dikeluarkanlah Nabi Yusuf dari penjara secara hormat, bersih dari segala
tuduhan. Ia pergi langsung ke istana Raja memenuhi undangannya.
Bacalah isi cerita ini dalam Al-Quran surah “Yusuf” ayat 43 sehingga ayat 53 :~
Yuk Kita Baca Lanjuttannya Riwayat Nabi Yusuf as Kilik Disini
Riwayat Nabi Yusuf as
Info Post
0 komentar:
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.